3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Oleh: Filailatut Tasrika, S.Pd.

CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang

Kesimpulan 

Ekosistem bermakna sebagai sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem memiliki ciri hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Didalam ilmu biologi, Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari setiap unit biosistem. Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem, organisme pada  komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya.Masing masing unsur berkontribusi dalam interaksi sesuai kodrat dan kemampuannya.

Seperti halnya lingkungan lain, sekolah merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang didalamnya terdapat unsur biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis diantara warga sekolah dalam upaya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, maju dan berkarakter. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain: (1) Anak didik, (2) kepala sekolah, (3) guru, (4) staf/ tenaga kependidikan, (5) pengawas sekolah, (6) orangtua/ wali murid, (7) masyarakat sekitar sekolah. Terdapat juga faktor abiotik antara lain: (1) keuangan, (2) sarana prasarana.

Unsur biotik dan abiotik dapat diberdayakan melalui manajemen yang baik oleh warga sekolah. Kepala sekolah dengan kuasa kepemimpinannya, guru dengan kepiawaiannya mengolah kelas, anak didik dengan ide dan gagasannya, orangtua dengan kontribusi dan bantuan tenaga nya merupakan kolaborasi penting dalam suatu ekosistem sekolah. Dalam lingkup kecil, diharapkan seorang guru dapat memimpin upaya membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran berpusat pada nak didik dengan memberdayakan aset yang dimiliki di sekolah.

Sekolah yang mandiri adalah sekolah yang dapat memberdayakan asetnya semaksimal mungkin. Guru dapat menggunakan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking), yaitu pendekatan yang berfokus pada proses menemu-kenali hal hal positif dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi dan kekuatan/ potensi positif. Aset utama yang dimiliki sekolah antara lain:  (1) modal manusia; (2) modal sosial; (3) modal fisik; (4) modal lingkungan; (5) modal finansial; (6) modal politik; (7) modal agama dan budaya. Dalam implementasinya guru dapat memulai dari lingkup yang terkecil yaitu kelas yang dipimpinnya, sebelum melangkah pada lingkungan yang lebih luas di sekolah.

Guru dapat melakukan pemetaan potensi yang dimiliki, menganalisis kekuatan masing masing aset,  mengambil keputusan dengan tepat, mengkoordinasikan dan memobilisasi sumberdaya untuk diberdayakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diidamkan warga kelas. Guru dapat melibatkan anak didik dengan cara menggali harapan yang diinginkan, berdiskusi dan mengelola ide dari semua anak, membuat perencanaan, melaksanakan dan merefleksi perubahan yang di inginkan bersama sama demi mewujudkan pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi warga kelas.

Koneksi Antar Materi

Modul 3.2 tentang pemimpin pengelolaan sumber daya berkaitan erat dengan modul modul sebelumnya. Jika kita kembali refleksi ke modul 1.1 Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa  Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Anak berhak mendapatkan suasana merdeka belajar dikelasnya sesuai dengan karakter, minat, bakat dan potensinya, hal itu akan tercapai dengan kepiawaian guru dalam membuat perubahan dan trasnformasi memberdayakan aset yang dimiliki di kelas untuk menfasilitasi pembelajaran yang merdeka sesuai kodrat anak didik. Tidak perlu mewah, yang terpenting adalah bervariasi dan mengakomodasi minat belajar anak.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.2 tentang  nilai  dan peran guru penggerak dan modul 1.3 tentang visi guru adalah: melalui mimpi dan visi yang kuat seorang guru yang kreatif dan inovatif, akan mampu mengupayakan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga kelemahan suatu ekosistem sekolah tidak menjadi masalah lagi, karena kinerjanya lebih terfokus pada kekuatan aset dan sumber daya  yang dimiliki oleh sekolah. Inkuiri apresiatif dengan pendekatan BAGJA dapat dilakukan guru dalam melakukan perubahan sekolah melalui pendekatan berbasis aset yang  akan menggerakkan warga sekolah baik dalam lingkungan kelas, maupun lingkungan sekolah seluruhnya untuk melakukan perubahan  positif secara bertahap, berlanjut dan kontinyu yang diharapkan menjadi kebiasaan yang baik dan dapat melahirkan budaya positif seperti pada pembelajaran di modul 1.4.

Modul 2.1 telah mengajarkan kita untuk dapat memetakan anak didik sesuai dengan kebutuhan belajarnya, hal ini merupakan salah satu modal yang sangat bermanfaat bagi guru untuk dapat pula  memetakan kekuatan sumberdaya dan aset yang dimiliki sehingga guru dapat memberikan fasilitas pembelajaran berdiferensiasi yang dibutuhkan anak didik. Kompetensi sosial emosional pada modul 2.2 sangat bermanfaat bagi guru dalam mengelola emosi, kesadaran diri dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dalam memberdayakan aset dan sumberdaya sekolah. Dengan memahami materi modul 3.1 keputusan yang diambil dalam upaya pengelolaan sumberdaya diharapkan tepat, cepat, akurat, bijaksana dan membawa kebaikan bagi semua warga sekolah. 

Sebelum mengenal materi 3.2 ini, saya sebagai guru cenderung untuk berpikir baerbasis kekurangan / masalah yang tampak di permukaan. Apa yang kurang, apa yang dibutuhkan, dan apa yang harus ada. Banyak langkah yang salah dari kami dengan membandingkan diri dengan sekolah lain. Hal ini menyebabkan langkah yang rumit yang dijalani dalam mencapai target seperti sekolah lain. Sekarang, setelah saya mempelajari materi materi CGP yang sangat berkaitan ini, paradigma yang salah mulai berubah kearah positif. Kami di sekolah mulai dapat memandang kekuatan aset yang ada di sekolah untuk di berdayakan semaksimal mungkin demi mewujudkan pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak didik, dan tentu juga terdapat kepuasan tersendiri bagi seluruh warga sekolah. Untuk melakukan transformasi pendidikan di sekolah pendekatan asset based community development merupakan langkah terbaik dan relevan untuk dilakukan karena  berfokus pada kekuatan yang dimiliki dalam ekosistem sekolah sehingga memudahkan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan melaksanakan rencana aksi transformasi pendidikan yang berpihak pada anak didik untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Selanjutnya, saya ingin mengajak seluruh warga sekolah berkolaborasi dan memberdayakan kekuatan aset yang ada agar bermanfaat bagi pendidikan di sekolah.


SALAM GURU PENGGERAK
SALAM MERDEKA BELAJAR



.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Prinsip Pengambilan Keputusan

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.1

3.1.a.4.3. Forum Diskusi - Eksplorasi Konsep Forum Diskusi Eksplorasi Konsep