3.1.a.8.1 Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Oleh: Filailatut Tasrika, S.Pd.

CGP Angkatan 2 Kabupaten Malang

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

"Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best" (Bob Talbert)

Dari kutipan di atas, sangat terkait dengan profesi guru sebagai pemimpin pembelajaran dimana guru harus dapat mengambil keputusan tepat apa dan bagaimana guru dapat merancang sebuah pembelajaran yang berpihak pada murid. Mulai dari kemampuan akademik, kognitif,  avektif dan psikomotor. Mencakup segala aspek dari nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik motorik, kognitif, bahasa dan juga seni. demi mencapai kebahagiaan bathin / rohani dan kebahagiaan dzohir/ duniawi, baik secara individu maupun dalam masyarakat luas.

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pemimpin pembelajaran dalam kelasnya. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengambil keputusan secara cepat, tepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Baik dalam memutuskan masalah di dalam kelasnya maupun masalah di lingkungan kerjanya. 

Ki Hadjar Dewantara dalam trilogi pendidikan nya berkata:

Ing ngarsa sung tuladha memiliki makna, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Selain mengajar atau mentransfer ilmu, guru harus bisa memberikan teladan kepada siswanya, setidaknya mengenai hal yang diajarkannya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan tepat dan bertanggungjawab dalam bersikap, berperilaku,  bertutur kata, yang baik yang dapat diteladani oleh anak didik dan warga sekolah lainnya.

Ing madya mangun karsa, maksudnya, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Di sini guru harus bisa memberi wawasan pengetahuan kepada anak didiknya. Melalui pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan penuh motivasi, kreasi, inovasi, yang diberikan guru, anak didik dapat menggali pengetahuannya serta mengeksplorasi  sendiri secara merdeka. Melalui pengambilan keputusan yang tepat, guru dapat membangun kepercayaan diri anak didik, menggali potensinya, dapat bekerjasama dan menciptakan suasana yang harmonis dengan anak didik dalam rangka belajar. Dengan demikian harapan menjadi Profil Pelajar Pancasila akan terwujud.

Tut wuri handayani, yakni, dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Inilah tugas utama guru yang harus pula dilakukan yaitu sebagai motivator. Seorang guru dapat menumbuhkan dan merangsang serta mengarahkan setiap potensi yang dimiliki anak didik, merupakan hal yang harus difikirkan dan diputuskan dengan tepat dan bijaksana. Dengan pembelajaran berdiferesiansi, guru memotivasi anak untuk dapat memilih pembelajaran yang sesuai guna menyalurkan bakat dan minatnya. Harapannya, mereka dapat mengembangkan potensinya, kemampuan yang dimilikinya, kodrat alamnya secara tepat, sesuai kodrat zaman saat ini sehingga anak menjadi lebih tekun dan semangat dalam belajar untuk mengejar cita-cita yang diinginkan

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita.

Modul 3.1 ini berisikan materi tentang bagaimana seorang guru dapat mengambil keputusan yang tepat dengan urut dan runtut , bagaimana seorang guru menganalisa situasi, kasus,/ masalah yang dihadapi dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana, baik itu dilema etika ataupun bujukan moral.

Ketika menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai nilai kebajikan yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggungjawab dan pengahrgaan akan hidup.

Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)
Korelasinya dengan Nilai dan peran guru
Nilai dan peran seorang guru antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Guru juga memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran, penggerak komunitas praktisi, sebagi coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid. Setiap individu guru, pasti memiliki nilai kebajikan dan karakter masing masing dalam dirinya. Nilai nilai atau prinsip ini akan mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ada guru yang terbiasa berfikir cepat ada pula guru yang senang berfikir lambat dan lebih berhati hati dalam mengambil keputusan.

Etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada beragam prinsip di lingkungan kita, namun ada 3 prinsip yang sering digunakan dalam menghadapi pilihan pilihan yang penuh tantangan untuk mengambil keputusan yaitu:
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Ras Peduli (Care Based Thinking)
Nilai dan peran guru memungkinkan untuk melakukan kolaborasi dalam setiap pengambilan keputusan dilema etika dan bujukan moral yang terjadi dilingkungan sekolah, agar keputusan yang diambil lebih cermat, tepat dan bijaksana demi keberlangsungan lembaga sekolah dan seluruh warganya. Kolaborasi dimaksudkan untuk mengatasi kendala kendala yang mungkin terjadi dalam dilema etika ataupun bujukan moral yang dihadapi. Seperti munculnya keragu- raguan dalam mengambil keputusan, pertimbangan yang kurang matang, pengaruh dari pihak luar, kemungkinan terjadi maslah baru setelah diputuskan dan kendala kendala lainnya.
Guru dan kolaborasinya dapat melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut:
  1. Mengenali bahwa ada nilai nilai yang saling bertentangan dalam situasi yang dihadapi
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi/ masalah
  3. Mencari fakta fakta yang relefan dalam situasi/ masalah
  4. Pengujian benar atau salah, meliputi : a) Uji legal : berkaitan dengan aspek pelanggaran hukum. b) Uji Regulasi/ Standar Profesional : berkaitan dengan pelanggaran peraturan atau kode etik, c) Uji Intuisi : mengandalkan perasaan dan intuisi, d) Uji halaman depan koran : berkaitan dengan perasaan jika situasi ini diliput dikoran,  Uji Panutan/ idola : mencari panutan terpercaya yang dapat mengilhami dan menginspirasi ketika ketika dia menghadapi situasi/ masalah serupa
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
  6. Melakukan Prinsip Resolusi
  7. Investigasi Opsi Trilema
  8. Buat Keputusan
  9. Lihat dan refleksikan keputusan yang diambil

Kontribusi guru

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan. Guru mengambil keputusan yang tepat untuk mendapatkan model pembelajaran yang terbaik bagi anak didiknya, selalu merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan merefleksi setiap program yang digagas, sehingga guru akan dapat mengambil keputusan perbaikan seperti apa yang dapat dilakukan selanjutnya.

Guru memiliki kemandirian dan berperan Sebagai coach, dapat berkontribusi untuk menggali potensi anak didik ataupun rekan sejawat yang mengalami dilema untuk mengambil keputusan yang tepat. 

Dalam kolaborasi, guru dapat menerapkan Inkuiri Apresiatif dengan alur BAGJA  untuk menentukan kebaikan kebaikan dan juga kelemahan suatu program yang sesuai visi dan misi sekolah, sehingga dapat mengambil keputusan tepat secara bersama sama

Guru berkontribusi dalam pengambilan keputusan dalam musyawarah kelas pada saat menyusun kesepakatan kelas, yang nantinya akan menjadi budaya positif yang dilakukan oleh semua warga sekolah. Dan masih banyak lagi kontribusi yang dapat diberikan untuk anak didiknya, kelasnya, rekan kerjanya dan semua warga sekolah.

KESIMPULAN

Keterkaitan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul dan materi sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai gagasan merdeka belajar bagi anak didik, sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan yang menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat.  Proses pembelajaran dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar pada anak diintegrasikan dengan kompetensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching dengan model TIRTA diterapkan untuk membantu anak didik dan rekan guru lainnya dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dengan begitu guru dapat menganalisa seperti apa dilema yang sering dialami oleh anak didik dan warga sekolah lainnya, sehingga guru dapat mengambil langkah langkah pengambilan keputusan secara urut dan runtut untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Harapan kedepan, semua Pendidik Indonesia memiliki kemampuan manajerial yang dapat memimpin kelasnya, sekolahnya dan lingkungan dimana dia berada, dapat mengambil keputusan tepat dan bijaksana, sehingga tercipta budaya positif, berpikir positif dan melakukan perubahan positif dimanapun dia berada khususnya dalam dunia pendidikan.


SALAM GURU PENGGERAK

SALAM MERDEKA BELAJAR




Komentar

  1. Setuju bu Fila..untuk kedepannya kita harus terus belajar untuk mengasah kemampuan dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, karena hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan perubahan positif anak didik dan lingkungannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Prinsip Pengambilan Keputusan

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.1

3.1.a.4.3. Forum Diskusi - Eksplorasi Konsep Forum Diskusi Eksplorasi Konsep