KONEKSI ANTAR MATERI 1.4.a.9 - BUDAYA POSITIF (Keterkaitan Materi Modul 1)
Oleh: Filailatut Tasrika, S.Pd
CGP - Angkatan 2- Kabupaten Malang
KETERKAITAN ANTAR MATERI
Filosofi Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan merupakan tempat persemaian benih benih kebudayaan, bergerak dinamis, dengan keberagaman, sesuai kodrat alam dan zamannya. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru dan orangtua bertanggungjawab untuk menuntun anak dalam proses pendidikannya agar anak bebas belajar, berpikir dan mencapai keselamatan dan kebahagian berdasarkan kesusilaan (nilai dan norma) dengan menerapkan Merdeka Belajar. Semangat merdeka belajar dijadikan pedoman dan penunjuk arah dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dengan 6 karakter positif didalamnya yaitu, Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan berkebhinekaan global.
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pendidik memiliki peran sangat besar dalam upaya mewujudkan Karakter Profil Pelajar Pancasila. Guru dengan karakter yang baik dapat melestarikan nilai nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui anak didik mereka. Peran guru dalam menjalankan tugasnya, pertama adalah harus mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu, selanjutnya guru menjadi teladan dan contoh bagi anak didiknya. Guru yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, selalu memberikan metode dan pendekatan terbaik dalam pembelajarannya, guna mencapai profil ini. Karakter yang terkandung dalam profil pelajar pancasila, diharapkan menjadi budaya positif yang melekat pada anak didik sepanjang hayatnya.
Visi Guru Penggerak
Kebijakan pendidikan yang berpihak pada murid sangat penting diwujudkan untuk mencapai Merdeka Belajar Profil Pelajar Pancasila. Visi sekolah yang dirumuskan menjadi acuan dan tujuan dilaksankannya proses pembelajaran yang berkualitas di lembaga pendidikan, Setiap pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal memiliki nilai lebih untuk dapat mendukung terwujudnya visi sekolah. Melalui pemetaan fungsi dan peranan pemangku kepentingan menjadikan program positif sekolah berjalan dengan baik. Termasuk pengembangan budaya positif sekolah, dapat pula melibatkan unsur utama sekolah yaitu anak didik dan unsur dari pemangku kepentingan lainnya. Paradigma perubahan positif Inkuiri Apresiatif di sekolah dilakukan melalui alur dari tahapan BAGJA. Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi. Kolaborasi yang baik antar pemangku kepentingan, dapat mewujudkan budaya positif di sekolah.
Budaya Positif
Budaya positif sekolah merupakan kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan selama pendidikan berlangsung. Baik budaya positif kerja dari guru dan staffnya, budaya positif sekolah dan orangtua, budaya positif sekolah secara umum dan juga budaya positif di dalam kelas. Diharapkan budaya positif selalu tertanam pada diri anak didik untuk diterapkan sepanjang hidupnya. Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat menuntun anak didik untuk menetapkan budaya positif melalui kesepakatan kelas. Guru yang kolaboratif mengajak anak diskusi tentang visi budaya positif dikelas, menggali pertanyaan kepada anak didik tentang kelas impian yang didambakan. Ide dan pendapat anak diambil untuk di diskusikan, anak berperan aktif dalam merumuskan kesepakatan kelasnya. Dengan bahasa yang positif kesepakatan kelas dapat terbentuk dan jadikan poster yang menarik dengan tanda tangan kontrak kesepakatan.
Budaya budaya positif yang disepakati mencerminkan Merdeka Belajar yang berpihak pada anak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, karena kesepakatan disetujui, disepakati dan dijalankan dengan konsisten oleh warga kelas yaitu guru dan anak didik, dengan konsekuensi yang sama. Guru dapat memposisikan diri sebagai teman, sebagai teladan dan juga sebagai manager dalam pelaksanaan budaya positif di kelas. Tidak ada hukuman, ancaman maupun hadiah untuk kesepakatan ini. Dengan saling menghargai dan mengingatkan satu sama lain, budaya positif di kelas dapat menjadi keyakinan pada diri anak didik untuk melakukan budaya positif menjadi disiplin positif sesuai panggilan hati.
KESIMPULAN
Rangkaian dari materi 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara, 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, 1.3 Visi Guru Penggerak dan 1.4 Budaya Positif merupakan ikatan yang saling terkait dalam upaya mewujudkan Merdeka Belajar berpusat pada anak dan Profil Pelajar Pancasila, sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkompeten dan memiliki karakter sesuai dengan nilai nilai pancasila. Dengan kerjasama yang baik antar pemangku kepentingan di sekolah, maka transformasi pendidikan kearah positif dan lebih baik akan terwujud.
Salam Bahagia
Merdeka Belajar
💓💙💚
Mohon masukan dari teman semua... apa yang masih perlu ditambahkan dalam artikel ini??... terimakasih
BalasHapus